Mohon Maaf untuk saat ini layanan kami sedang Offline.
Jam operasional layanan kami yaitu pada hari Senin-Jum'at pada jam 08.15-17.00 WIB
Untuk informasi layanan diluar waktu tersebut dapat mengakses email :
Layanan Individu : care@sequislife.com
Layanan Group/ Perusahaan / : fscare.group@sequislife.com
Ragam Risiko Finansial dan Cara Mengelolanya
Musibah dan segala macam risikonya selalu muncul dalam kehidupan dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah musibah yang berdampak ke finansial. Misal, kehilangan pendapatan akibat terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atau tidak bisa melanjutkan pekerjaan lantaran menderita cacat total tetap.
Dalam literatur keuangan, risiko finansial secara umum dibagi menjadi dua jenis, yakni risiko finansial sistematis dan risiko finansial nonsistematis. Risiko finansial sistematis merujuk ke risiko yang tidak bisa diprediksi dan dihindari. Misal, inflasi yang memengaruhi daya beli, volatilitas pasar luar negeri yang memengaruhi ekspor, atau peningkatan suku bunga kredit memengaruhi cicilan KPR. Penyebabnya pun tidak bisa diprediksi. Bisa karena musim paceklik, bencana alam, pandemi covid -19, kondisi geopolitik, dan sebagainya. Sedangkan risiko finansial nonsistematis merupakan risiko finansial yang membayangi individu, perusahaan, atau organisasi karena keputusan atau kejadian tertentu. Misalnya, risiko keuangan yang timbul akibat kematian, sakit, atau kerugian, bisa dikelola dengan asuransi. Jenis risiko ini bisa dikelola. Berikut adalah jenis-jenis risiko finansial dan cara mengelolanya:
Risiko inflasi
Risiko terjadi akibat adanya penurunan daya beli usai terjadi kenaikan harga barang dan jasa yang lebih tinggi dari pertumbuhan pendapatan. Biasanya disebabkan oleh situasi makroekonomi, baik dalam negeri maupun global, yang memengaruhi perekonomian setiap negara. Cara mengelola risiko ini adalah dengan memiliki pengetahuan seputar kondisi ekonomi terkini dan perkembangan inflasi.
Jika peningkatan pendapatan masih di atas kenaikan inflasi, artinya kita masih memiliki daya beli yang lebih tinggi daripada kenaikan inflasi. Namun jika sebaliknya, berarti daya beli melemah dan dapat mengakibatkan kita tidak bisa mempertahankan gaya hidup seperti sebelumnya. Dengan mengetahui perbandingan ini maka kita bisa segera mengambil keputusan agar terhindar dari risiko inflasi. Bentuknya dapat bermacam-macam, misalnya meningkatkan pemasukan dengan tambahan usaha atau mencari sumber pendapatan baru.
Baca Juga
Cara Cegah Ngantuk Usai Vaksinasi Covid-19
Urutan Kelompok Prioritas Penerima Vaksin Covid-19
Rekomendasi Hampers di Masa Pandemi Covid-19
Beli Asuransi Kesehatan sebelum Covid-19 Varian Mu Menyebar
Ibu Hamil Bisa Divaksin Covid-19, Apa Saja Syaratnya?
Risiko meninggal, cacat tetap total, dan sakit kritis
Krisis finansial muncul dalam keluarga bisa muncul bila pencari nafkah tutup usia, mengalami cacat tetap total, atau jatuh sakit akibat penyakit kritis sehingga keluarga tidak lagi memiliki sumber dana untuk memenuhi kebutuhan. Untuk meminimalkan kerugian akibat situasi ini, sebaiknya pencari nafkah utama memiliki asuransi jiwa. Nantinya, Uang Pertanggungan (UP) dari asuransi jiwa bisa digunakan sebagai pengganti penghasilan ketika pencari nafkah wafat. Sedangkan risiko finansial akibat sakit kritis dapat dikelola dengan memiliki asuransi penyakit kritis. Santunan dari asuransi penyakit kritis bisa menjadi pengganti penghasilan dan biaya pengobatan yang umumnya sangat besar.
Risiko sakit
Penyakit bisa menghampiri siapa saja. Bukti nyata tersaji ketika virus covid-19 menyerang pada 2020. Ketika itu, jutaan orang terserang virus dan harus menjalani perawatan di rumah sakit. Pelajaran yang bisa dipetik adalah: Memiliki Asuransi Kesehatan! Jadi bila serangan virus kembali menyerang, Anda sudah terlindungi oleh asuransi kesehatan.